Sukses
Sukses menurut masyarakat, tidak jauh dari seputar: punya jabatan,
banyak harta, anak-anaknya bertitel, menantunya yang kaya, bertitel dan punya jabatan,
Semuanya serba bendawi.
Sukses yang di contohkan Qorun dan orang-orang yang
sependapat dengannya:
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
(79)
“ Maka
keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: ;Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang
telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar;"(Al-Qashash: 79)
Pandangan Qorun dan sebangsanya itu sangat tercela:
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ(80)
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ(81)
وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ(82)
" - Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang
besarlah bagimu, pahala Alloh adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang
yang sabar”.
- Maka kami benamkanlah Karun beserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang
menolongnya terhadap azab Alloh. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang
dapat) membela (dirinya).
- Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan
Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rezki bagi siapa yang
dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar dia Telah membenamkan kita
(pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat
Alloh)”.
(QS Al-Qashash: 80, 81, 82).
Sukses
menurut Fir’aun
Sukses menurut Fir’aun adalah sukses dalam menghalalkan
segala cara demi melanggengkan kekuasaannya; salah satu wujudnya adalah
mengerahkan dukun sihir, maka siapa yang menang dalam main sihir itulah yang
dianggap sukses.
Alloh Ta’ala mengisahkan dalam
Al-Qur’an, ungkapan Fir’aun:
فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى(64)
"Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian
datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada
hari ini." (QS Thaha: 64).
Tafsir As-Sa’di menjelaskan perkataan Fir’aun bahwa siapa yang
beruntung pada hari ini dan lulus serta mengalahkan orang lain (dengan sihir
itu) maka benar-benar orang yang beruntung lagi jaya, maka hari ini adalah hari
yang menentukan untuk memiliki hari-hari sesudahnya. (Tafsir As-sa’di juz 1
halaman 508).
Demikianlah, sukses menurut Fir’aun adalah kalau mampu mengalahkan
pihak lawan dengan sihir yang dihimpunnya. Dan itu menentukan hari-hari
selanjutnya. Dia hanya memikir kekuasaan di dunia ini, agar dapat mengalahkan
lawannya pakai cara apapun. Tidak memikir akherat, apalagi memikir dosa
dari cara-cara yang dia tempuh dalam meraih kesuksesan yang ditujunya. Padahal
sudah ada peringatan dari Allah Ta’ala:
إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (74) [طه/74]
74. Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan
berdosa (mujriman), maka Sesungguhnya baginya neraka jahannam. ia tidak mati di
dalamnya dan tidak (pula) hidup[932]. (QS Thaha: 74)
[932] maksud tidak mati ialah dia selalu
merasakan azab dan maksud tidak hidup ialah hidup yang dapat dipergunakannya
untuk bertaubat.
{ مُجْرِمًا }
أي: مشركا، يعني: مات على الشرك (تفسير البغوي – (ج 5 / ص 286)
Lafal مُجْرِمًا mujriman
dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan, mati dalam keadaan musyrik. (Tafsir
Al-Baghawi 5/286).
Sukses
menurut Alloh swt:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1)
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ(2)
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ(3)
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ(4)
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ(5)
إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ(6)
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ(7)
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ(8)
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ(9)
أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ(10)
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(11)
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam
sembahyangnya,
3.Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6.Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka
miliki [budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir);
maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu [Maksudnya: zina,
homoseksual, dan sebagainya], maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui
batas.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya.
9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di
dalamnya.
Sukses atau keberuntungan menurut Allah Ta’ala dalam ayat-ayat itu
adalah perbuatan-perbuatan orang mu’min yang sangat menjaga aturan-aturan Allah
Ta’ala dan menghindari larangan-laranganNya, ikhlas karena Allah , hingga akhirnya meraih surga untuk selama-lamanya.
Ketika Ummat Islam ini telah dididik yang jurusannya adalah
akherat, maka bagi yang sukses dalam pendidikan itu akan menjadi orang-orang
yang pandangan hidupnya adalah untuk akherat, hingga takut kepada
maqam/kedudukan Tuhannya dan menahan hawa nafsunya, hingga balasannya adalah
surga.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40)
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى [النازعات/40، 41]
40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya
dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
41. maka sesungguhnya syurgalah tempat
tinggal(nya). (QS An-Nazi’at/ 79: 40, 41).
Sebaliknya, bagi yang tetap melampaui batas dan lebih mengutamakan
kehidupan dunia maka diancam neraka:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآَثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى [النازعات/37-39]
37. Adapun orang yang melampaui batas,
38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (QS
An-Nazi’at/ 79: 37-39).
Semoga yang telah Allah sediakan untuk Ummat Islam ini benar-benar
yang menjuruskan pandangan hidup kita kepada akherat, bukan lebih mengutamakan
kehidupan dunia. Sehingga menjadi orang yang sukses sebagaimana dijanjikan oleh
Allah Ta’ala, bukan sukses model Fir’aun atau Qarun yang hanya mementingkan
kekuasaan di dunia atau harta di dunia belaka dengan menghalalkan segala cara.
Q-7/1/14