Selasa, 07 Januari 2014

Sukses

Sukses 

Sukses menurut masyarakat, tidak jauh dari seputar: punya jabatan, banyak harta, anak-anaknya bertitel, menantunya yang kaya, bertitel dan punya jabatan, Semuanya serba bendawi.

Sukses yang di contohkan Qorun dan orang-orang yang sependapat dengannya:

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (79)

“ Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: ;Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar;"(Al-Qashash: 79)

Pandangan Qorun dan sebangsanya itu sangat tercela:

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ(80)
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ(81)
وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ(82) 

" - Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Alloh adalah lebih baik bagi     orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar”.
- Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Alloh. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
- Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Alloh melapangkan rezki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Alloh tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar dia Telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Alloh)”.
(QS Al-Qashash: 80, 81, 82).

Sukses menurut Fir’aun 
Sukses menurut Fir’aun adalah sukses dalam menghalalkan segala cara demi melanggengkan kekuasaannya; salah satu wujudnya adalah mengerahkan dukun sihir, maka siapa yang menang dalam main sihir itulah yang dianggap sukses.
Alloh Ta’ala mengisahkan dalam Al-Qur’an, ungkapan Fir’aun:

فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى(64)

"Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini." (QS Thaha: 64).

Tafsir As-Sa’di menjelaskan perkataan Fir’aun bahwa siapa yang beruntung pada hari ini dan lulus serta mengalahkan orang lain (dengan sihir itu) maka benar-benar orang yang beruntung lagi jaya, maka hari ini adalah hari yang menentukan untuk memiliki hari-hari sesudahnya. (Tafsir As-sa’di juz 1 halaman 508).
Demikianlah, sukses menurut Fir’aun adalah kalau mampu mengalahkan pihak lawan dengan sihir yang dihimpunnya. Dan itu menentukan hari-hari selanjutnya. Dia hanya memikir kekuasaan di dunia ini, agar dapat mengalahkan lawannya pakai cara apapun. Tidak memikir  akherat, apalagi memikir dosa dari cara-cara yang dia tempuh dalam meraih kesuksesan yang ditujunya. Padahal sudah ada peringatan dari Allah Ta’ala:
إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (74) [طه/74]
74. Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa (mujriman), maka Sesungguhnya baginya neraka jahannam. ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup[932]. (QS Thaha: 74)
[932] maksud tidak mati ialah dia selalu merasakan azab dan maksud tidak hidup ialah hidup yang dapat dipergunakannya untuk bertaubat.
{ مُجْرِمًا } أي: مشركا، يعني: مات على الشرك (تفسير البغوي (ج 5 / ص 286)
Lafal  مُجْرِمًا mujriman dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan, mati dalam keadaan musyrik. (Tafsir Al-Baghawi 5/286).

Sukses menurut Alloh swt:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1)
 الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ(2)
 وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ(3)
 وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ(4)
 وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ(5)
 إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ(6)
 فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ(7)
 وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ(8)
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ(9)
 أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ(10)
 الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(11)

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,
3.Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6.Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki [budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir); maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu [Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya], maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.

Sukses atau keberuntungan menurut Allah Ta’ala dalam ayat-ayat itu adalah perbuatan-perbuatan orang mu’min yang sangat menjaga aturan-aturan Allah Ta’ala dan menghindari larangan-laranganNya, ikhlas karena Allah , hingga akhirnya meraih surga untuk selama-lamanya.
Ketika Ummat Islam ini telah dididik yang jurusannya adalah akherat, maka bagi yang sukses dalam pendidikan itu akan menjadi orang-orang yang pandangan hidupnya adalah untuk akherat, hingga takut kepada maqam/kedudukan Tuhannya dan menahan hawa nafsunya, hingga balasannya adalah surga.

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40)
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى  [النازعات/40، 41]

40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
41. maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (QS An-Nazi’at/ 79: 40, 41).

Sebaliknya, bagi yang tetap melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka diancam neraka:

فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآَثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى  [النازعات/37-39]

37. Adapun orang yang melampaui batas,
38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
39. maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (QS An-Nazi’at/ 79: 37-39).


Semoga yang telah Allah sediakan untuk Ummat Islam ini benar-benar yang menjuruskan pandangan hidup kita kepada akherat, bukan lebih mengutamakan kehidupan dunia. Sehingga menjadi orang yang sukses sebagaimana dijanjikan oleh Allah Ta’ala, bukan sukses model Fir’aun atau Qarun yang hanya mementingkan kekuasaan di dunia atau harta di dunia belaka dengan menghalalkan segala cara.
Q-7/1/14


KETIKA ISLAM TINGGAL NAMA

KETIKA ISLAM TINGGAL NAMA

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Akan datang suatu zaman pada manusia,
- Ketika itu tidak tinggal Islam kecuali namanya saja
- Dan tidak tinggal al-Qur’an kecuali tulisannya saja, 
- Masjid-masjid dibangun megah, namun kosong dari petunjuk, 
- Dan ulama mereka adalah makhluk yang terjelek yang berada di kolong langit, dari mulut-mulut mereka keluar fitnah dan (fitnah) itu akan kembali kepada mereka.” 
(HR. Al Baihaqy).

Apa yang Rasululah Sabdakan Terbukti Benar :

1. Sekarang Islam Tinggal Namanya Saja,
Mengaku Orang Islam Tapi Malu/Takut memakai atribut yang telah di contohkan oleh Rosululloh, bahkan berani  menghina kepada orang yang berjenggot,  bercelana cingkrang, berhijab untuk Muslimah dengan kata-kata keji, bahkan ada yang berani mengatakan “Mereka itu adalah kelompok teroris”. Dan tidak sedikit cendikiawan Islam yang menolak Mengunakan Hukum Islam.

2.Tidak tinggal al-Qur’an kecuali tulisannya saja ,
Biasanya al-Qur’an di baca sebagai pelengkap saat ada acara keagamaan, dan di kumandangkan menggunakan kaset/CD dengan maksud sebagai penghangat situasi saja.
Banyak pada keluarga muslim, al-Quran di baca hanya pada waktu senggang saja, karena di/menyibukan diri pada hal-hal yang tidak penting, seperti berlama-lama di depan computer/HP untuk bermain game, fB/WA/Twit an, dan tidak menutup kemungkinan melihat situs-situs yang dapat membawa pengaruh buruk pada prilaku maupun Aqidah.

3. Masjid Masjid dibangun Megah Namun Kosong Hidayah.
Padahal zaman Rasul dan Sahabat Masjid adalah bangunan yang sangat penting perannya, tak jarang stategi perang di rundingkan disana, semua urusan umat di rapatkan di sana.
Sekarang banyak yang berusaha untuk membangun Masjid dengan megah yang di uasahan melalui cara yang aneh-aneh, misalnya dengan jaring ikan di pinggir-pinggir jalan, dan setelah berdiri dengan megah hanya menjadi tempat Sholat berjamaah 5 waktu semata, itupun paling banyak hanya 2shaf saja , Masjid penuh hanya pada Waktu Sholat Jum’at dan Sholat ied, memakmurkan Masjid dengan Kajian-kajian Islam jarang adanya bahkan tak jarang yang di Kunci (takut Kemalingan.

4. Dan ulama mereka adalah makhluk yang terjelek yang berada di kolong langit, dari mulut-mulut mereka keluar fitnah dan (fitnah) itu akan kembali kepada mereka.” 

“Ulama Su' (ulama Jahat) Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama sû’. mereka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa/masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu. (HR al-Hakim).

Astagfirullah...

Q-01/01/2014

Minggu, 05 Januari 2014

Al Fatihah Obat bagi Jiwa Raga.

Al Fatihah Obat bagi Jiwa  Raga.

  Kandungan Al Fatihah yang mampu menyembuhkan hati merupakan kandungannya yang paling komplit. Sumber penyakit hati dan deritanya ada dua macam: Ilmu yang rusak dan tujuan yang rusak. Dari dua sumber ini muncul dua penyakit lain: Kesesatan dan kemarahan.

Kesesatan merupakan akibat dari ilmu yang rusak, sedangkan kemarahan merupakan akibat dari tujuan yang rusak. Dua jenis penyakit ini merupakan inti dari semua jenis penyakit hati. Hidayah ke jalan yang lurus men-jamin kesembuhan dari penyakit kesesatan. Karena itu memohon hidayah ini merupakan doa yang paling wajib bagi setiap hamba, yang juga diwajibkan atas dirinya setiap malam dan siang, dalam setiap shalat dan saat terdesak keperluan.

Sedangkan penegasan iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in secara ilmu dan ma’rifat, amal dan kondisional, menjamin kesembuhan dari penyakit hati dan tujuan yang rusak. Sebab tujuan yang rusak ini berkaitan dengan sasaran dan sarana. Siapa yang mencari tujuan yang pasti akan terputus dan fana, menggunakan berbagai macam sarana untuk dapat meraihnya, maka hal itu justru akan menjadi beban baginya dan tujuannya jelas salah.

Inilah keadaan setiap orang yang tujuannya untuk mendapatkan hal-hal selain Allah dari kalangan orang-orang musyrik, orang-orang yang hanya ingin memuaskan nafsunya, para tiranyang menopang kekuasaannya dengan segala cara, tak peduli benar maupun batil. Jika ada kebenaran yang menghambat jalan kekuasaannya, maka mereka mendepaknya. Jika tidak mampu mendepaknya, mereka akan menepis kebenaran itu, layaknya pemelihara sapi yang menyingkirkan sampah di kandang. Jika mereka tidak bisa melakukannya, mereka menghentikan langkah di jalan itu lalu mencari jalan lain. Dengan cara apa pun mereka siap menolaknya. Jika ada kebenaran yang mendukung kekuasaan, mereka mendukungnya, bukan karena itu merupakan kebenaran, tapi karena kebenaran itu yang kebetulan sejalan dengan tujuan dan nafsunya.

Karena tujuan dan sarana yang dipergunakan rusak, maka mereka adalah orang-orang yang paling menyesal dan merugi, jika tujuan yang mereka raih meleset. Merekalah orang-orang yang paling menyesal dan merugi di dunia, yaitu jika kebenaran dikatakan benar dan kebatilan dikatakan batil. Yang demikian ini seringkali terjadi di dunia. Penyesalan ini akan semakin nyata tatkala mereka meninggal dunia dan menghadap Allah serta berada di alam Barzakh.

Begitu pula orang yang mencari tujuan yang tinggi dan sasaran yang mulia, namun tidak menggunakan sarana yang mendukungnya untuk meraih tujuan itu, dia hanya menduga-duga sarana yang digunakannya itu akan mendukungnya. Keadaan orang ini tak jauh berbeda dengan orang yang pertama. Dia tidak akan mendapatkan kesembuhan dari penyakit ini kecuali dengan obat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in.

Obat ini mempunyai empat komposisi: Ibadah kepada Allah, perintah dan larangan-Nya, memohon pertolongan dengan beribadah kepada-Nya, tidak dengan hawa nafsu, tidak dengan pendapat manusia dan pemikirannya, tidak dengan diri manusia dan kekuatannya. Inilah unsur-unsur yang terkandung di dalam obat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Jika unsur-unsur ini diramu oleh seorang dokter yang berpengalaman, tentu akan menjadi obat yang sangat mujarab.

Hati itu mudah terjangkiti dua macam penyakit yang kronis. Jika seseorang tidak mengobatinya, tentu dia akan binasa, yaitu riya’ dan takabur.

Obat riya adalah iyyaka na’budu, sedangkan obat takabur adalah iyyaka nasta’in. Seringkali kami mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Iyyaka na’budu menolak penyakit riya’, dan iyyaka nasta’in menolak penyakit takabur.”

Jika seseorang diberi kesembuhan dari penyakit riya’ dengan iyyaka na’budu, diberi kesembuhan dari penyakit takabur dan ujub dengan iyyaka nasta ‘in, diberi kesembuhan dari penyakit kesesatan dan kebodohan dengan ihdinash-shirathal-mustaqim, berarti dia telah diberi kesembuhan dari segala macam penyakit. Namun di antara orang-orang yang mendapat kenikmatan juga ada yang mendapat murka. Mereka adalah orang-orang yang tujuannya rusak, yang sebenarnya mengetahui kebenaran namun menyimpanginya. Ada pula di antara mereka yang adh-dhallin (sesat), yaitu mereka yang memiliki ilmu yang rusak dan tidak mengetahui kebenaran.

Tentang surat Al Fatihah yang mengandung obat bagi penyakit badan, maka akan kami jelaskan seperti yang telah dijelaskan As-Sunnah dan dikuatkan ilmu medis serta berdasarkan pengalaman. Di dalam Ash Shahih disebutkan dari hadits Abul-Mutawakkil An-Najy, dari Abu Sa’id Al-Khudry, bahwa ada beberapa orang dari shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang melewati sebuah perkampungan Arab dalam perjalanannya.
Para penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka sebagai tamu, apalagi menjamu. Pada saat yang sama pemimpin mereka disengat hewan. Maka penduduk kampung mendatangi mereka dan bertanya, “Adakah kalian mempunyai mantera atau adakah di antara kalian yang bisa menyembuhkan dengan mantera?”
“Ya, ada. Tapi karena kalian tidak mau menjamu kami, maka kami tidak mau mengobati kecuali jika kalian memberikan imbalan kepada kami.”
Maka penduduk kampung itu sepakat untuk memberikan beberapa ekor kambing. Maka setiap orang di antara para shahabat itu membacakan Al Fatihah. Seketika itu pula pemimpin kampung itu bangkit, se-akanakan sebelumnya dia tidak pernah sakit. Kami berkata, “Janganlah kalian terburu-buru menerima imbalan ini sebelum kita menemui Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.”
Setelah bertemu beliau, mereka menceritakan kejadian ini. Beliau bersabda, “Apa pendapat kalian kalau memang Al Fatihah itu benar-benar merupakan ruqyah? Terimalah imbalan itu dan sisihkan bagianku.”

Hadits ini menjelaskan keampuhan Al Fatihah yang bisa menyembuhkan sengatan hewan, sehingga ia berfungsi sebagaimana obat, atau bahkan lebih mujarab daripada obat itu sendiri. Padahal orang yang disembuhkan itu tidak terlalu tepat untuk disembuhkan dengan cara tersebut, entah karena penduduk kampung itu bukan orang Muslim atau karena mereka orang-orang yang kikir. Lalu bagaimana jika yang disembuhkan tidak seperti mereka?

Sedangkan dari teori medis, dapat dibuktikan sebagai berikut, bahwa sengatan itu berasal dari hewan yang mempunyai racun, yang berarti mempunyai jiwa yang kotor dan terbentuk karena amarah, lalu menyalurkanunsur racun yang panas lewat sengatan itu. Jika jiwa yang kotor ini terbentuk bersamaan dengan terbentuknya kemarahan, maka ia akan merasa senang jika dapat menyalurkan racun ke tempat yang layak menerimanya, sebagaimana orang jahat yang merasa senang jika dapat menyalurkan kejahatannya terhadap orang yang layak menerimanya. Bahkan dia merasa tersiksa jika tidak bisa menyalurkan kejahatannya itu kepada seseorang.

Prinsip penyembuhan ialah dengan menggunakan kebalikannya dan menjaga dengan sesuatu yang serupa. Kesehatan dijaga dengan sesuatu yang serupa dan penyakit disembuhkan dengan kebalikannya. Ini merupakan hukum sebab-akibat yang sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah Yang Maha Bijaksana. Namun hal ini tidak akan berhasil kecuali dengan kekuatan jiwa pelakunya dan reaksi penerimanya. Jika jiwa orang yang disengat tidak layak menerima ruqyah itu dan jiwa yang membacakan ruqyah tidak mampu memberikan pengaruh apa-apa, maka kesembuhan tidak akan berhasil.

Jadi di sini ada tiga unsur: Kesesuaian obat dengan penyakit, kesungguhan orang yang mengobati dan orang yang diobati bisa menerimanya. Jika tidak ada kelaikan pada salah satu unsur ini, maka kesembuhan tidak akan terjadi.
Siapa yang bisa memahami hal ini, tentu dia bisa memahami rahasia ruqyah tersebut, bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat dan bisa mencocokkan obat dengan penyakit yang hendak diobati, seperti penggunaan pedang untuk memotong barang yang memang bisa dipotong dengan pedang itu.

Sedangkan dari kesaksian pengalaman, maka cukup banyak orang yang mengalaminya. Saya sendiri pernah mempunyai pengalaman dalam penggunaan Al Fatihah sebagai ruqyah ini dengan hasil yang benar-benar menakjubkan, terutama pada saat-saat saya menetap di Makkah. Suatu saat saya sakit yang benar-benar amat menyiksa, hingga hampir-hampir saya tidak bisa menggerakkan badan karenanya. Padahal saat itu saya harus mengerjakan thawaf dan lain-lainnya. Maka saya segera membaca Al Fatihah, lalu mengusapkan telapak tangan ke bagian-bagian tubuh yang sakit.

Seakan-akan dari bagian yang sakit itu ada kerikil yang jatuh. Pengalaman seperti ini tidak terjadi hanya sekali saja, tapi beberapa kali. Pernah juga saya mengambil air Zamzam lalu membacakan Al Fatihah pada air itu dan saya meminumnya. Hasilnya, saya merasa mendapat kekuatan baru yang tidak pernah kurasakan yang seperti itu. Tentu saja semua ini harus didasari kekuatan iman dan keyakinan yang benar.

Sabtu, 04 Januari 2014

MENGENAL ALLOH SWT


Ketahuilah -wahai manusia yang berakal- sesungguhnya Rabb yang menciptakan anda dari mulanya tidak ada dan telah memelihara anda dengan nikmat-Nya adalah (Allah) Rabb semesta alam. Dan orang-orang yang berakal mereka beriman kepada Allah Yang Maha tinggi[[1]], mereka tidak melihat-Nya dengan mata kepala mereka, namun mereka telah melihat bukti-bukti yang menunjukkan akan keberadaan-Nya, dan bahwa Dia adalah Pencipta yang Mengurus semua yang ada, mereka mengenal-Nya dengan bukti-bukti itu. Diantara bukti-bukti itu adalah :
Bukti pertama :
Keberadaan manusia dan kehidupan: adalah sesuatu yang baru yang memiliki permulaan dan akhir, membutuhkan pada yang lain. Sedangkan sesuatu yang baru dan butuh kepada yang lain adalah makhluk, dan makhluk tentu ada yang menciptakannya, dan Pencipta (Khalik) yang Maha Agung ini adalah ( Allah ).
Dan Allah sendiri telah mengabarkan akan Dzat-Nya  yang Suci, bahwasanya Dialah Pencipta (Khalik), Yang Mengurus semua yang ada, dan kabar ini datangnya dari Allah Ta’ala dalam kitab-kitab-Nya, yang telah diturunkan kepada para Rasul-Nya.
Dan Rasulullah telah menyampaikan Firman-Nya kepada manusia, mengajak mereka untuk beriman dan beribadah hanya kepada-Nya.
Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yang Agung:
 "Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy.Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakannya pula( matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk pada perintah-Nya, Ingatlah menciptakan dan memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rabb semesta alam .(QS. Al A`raaf:;54)
Makna global ayat yang mulia ini: “Allah mengabarkan kepada seluruh manusia bahwa Dia adalah Rabb yang telah menciptakan mereka dan menciptakan langit dan bumi dalam enam hari[1] dan mengabarkan bahwa Dia Bersemayam diatas Arsy-Nya.[2]
Arsy berada diatas langit, dan Arsy itu merupakan makhluk yang tertinggi dan terluas, Dan Allah berada diatas Arsy ini, Allah bersama seluruh makhluk dengan Ilmu, Pendengaran dan Penglihatan-Nya.
Tidak ada sesuatu urusan makhlukpun yang tersembunyi dari-Nya, dan Allah yang Maha Perkasa mengabarkan bahwa Dia menjadikan malam menutup siang dengan kegelapannya, kemudian siang mengikutinya dengan cepat, Diapun mengabarkan bahwa Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang, semuanya tunduk dan berjalan diatas peredarannya dengan perintah Allah, dan Allah mengabarkan juga bahwa hanya bagi-Nya urusan penciptaan dan pengaturan alam semesta ini, Dia  yang Maha Sempurna; Dzat dan sifat-sifat-Nya, yang memberikan kebaikan yang banyak dan terus-menerus, dan Dialah Rabb alam semesta yang menciptakan dan memelihara mereka dengan nikmat-Nya.
Allah Ta’ala Berfirman :

“ Dan sebagaian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan . Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan,tapi bersujudlah pada Allah, yang menciptakannya,  jika kamu hanya kepada-Nya berserah diri ." (QS, Fushshilat:37)
Makna global ayat yang mulia:
Allah Ta’ala mengabarkan bahwa diantara tanda yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya adalah : malam dan siang, matahari dan bulan dan Allah melarang untuk sujud kepada matahari, dan bulan karena keduanya adalah makhluk sebagaimana makhluk yang lainnya, makhluk itu tidak layak untuk diibadahi, sedangkan sujud termasuk jenis ibadah. Dan pada ayat ini Allah memerintahkan manusia, sebagaimana memerintahkan yang  lain, supaya mereka hanya bersujud kepada-Nya saja, karena Dialah Pencipta, Pengatur yang berhak diibadahi.
Bukti kedua:
Bahwa dia telah menciptakan laki-laki dan perempuan: keberadaan perempuan dan lelaki adalah sebagai bukti akan adanya Allah.
Bukti ketiga:
Perbedaan bahasa dan warna kulit: tidak pernah didapati dua orang yang suaranya satu atau warna kulitnya sama, tapi pasti ada perbedaan antara keduanya.
Bukti keempat:
Perbedaan nasib: Yang ini kaya, yang ini miskin, yang ini pemimpin dan yang itu yang dipimpin (rakyat) padahal mereka semuanya sama-sama memiliki akal, pikiran dan ilmu. Manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa dicapai, seperti; kaya, kemuliaan, istri yang cantik, namun tidak ada seorangpun yang mampu mencapai sesuatu kecuali yang telah di takdirkan Allah untuknya, hal itu karena hikmah yang besar yang telah dikehendaki Allah Subahanahu wa taala. Dan diantara hikmah perbedaan nasib; adalah menguji sebagian manusia dengan sebagian yang lain dan agar sebagian manusia menjadi pelayan bagi sebagian yang lain sehingga tercipta keseimbangan hidup bagi semua manusia.
Dan bagi yang tidak ditakdirkan oleh Allah bernasib baik didunia, Allah mengabarkan bahwa Dia akan memberikan kepada mereka keberuntungan yang lebih baik, yaitu; kenikmatan di surga jika ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah, sungguhpun demikian Allah telah memberi orang fakir suatu keistemewaan yang bisa dinikmati jiwa dan kesehatan, yang kebanyakan tidak didapatkan oleh orang-orang  yang kaya dan ini merupakan kebijaksanaan dan keadilan Allah .
 Bukti kelima:
Tidur dan mimpi benar yang Allah tampakkan didalamnya kepada orang yang tidur suatu perkara ghaib sebagai berita gembira atau peringatan.
Bukti keenam:
Keberadaan ruh dimana tidak ada yang mengenal hakikatnya selain Allah saja.
Bukti ketujuh:
Manusia, berikut anggota tubuhnya berupa panca indra, urat saraf, otak, alat pencernaan dan selainnya.
Bukti kedelapan:
Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus lalu muncul tumbuh-tumbuhan serta pepohonan beraneka ragam bentuk, corak, manfaat dan rasanya. Ini merupakan sedikit diantara ratusan bukti yang Allah Ta’ala sebutkan dalam Al Qur’an  dan yang Dia kabarkan bahwa semua itu merupakan bukti kuat akan eksistensi Allah dan bahwa Dialah Pencipta sekaligus Pengatur seluruh makhluk yang ada.
Bukti kesembilan:
Fitrah yang Allah ciptakan pada manusia mengakui akan eksistensi Allah sebagai Pencipta dan Pengaturnya. Siapa yang mengingkari hal itu berarti dia hanya mencelakakan dirinya sendiri. Orang atheis misalnya, hidup di dunia ini dalam keadaan celaka sedang tempat kembalinya kelak setelah kematian adalah neraka sebagai balasan mendustakan Rabbnya yang telah menciptakan dirinya dari awalnya tidak ada dan memeliharanya dengan berbagai nikmat. Kecuali kalau dia mau bertaubat dan beriman kepada Allah, agama serta Rasul-Nya.
Bukti kesepuluh:
Keberkahan, yaitu: pertambahan yang cepat pada sebagian makhluk, seperti; kambing. Sebaliknya  kegagalan reproduksi pada sebagian binatang, seperti; anjing dan kucing. 
Diantara sifat Allah Ta’ala adalah ada-Nya tanpa permulaan, Hidup terus menerus, tidak akan mati dan tidak akan berakhir, Maha Kaya, berdiri sendiri, tidak membutuhkan yang lain serta Maha Esa tanpa sekutu. Allah Ta’ala berfirman:
 “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS.Al Ikhlas:1- 4)
Makna ayat:
Tatkala orang-orang kafir bertanya kepada Rasulullah SAW tentang sifat Allah maka Allah menurunkan surat ini seraya memerintahkan kepada beliau untuk menyatakan kepada mereka: Allah itu Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah itu Dia-lah Yang Maha Hidup Abadi lagi Maha Mengatur. Bagi-Nya semata kekuasaan mutlak atas alam semesta, manusia dan segala sesuatu. Hanya kepada-Nya saja seluruh manusia wajib kembali dalam rangka memenuhi segala kebutuhan mereka.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak benar Dia mempunyai putra atau putri, ayah atau ibu. Bahkan Dia sangat menafikan itu semua dari diri-Nya dalam surat ini demikian pula pada surat yang lain. Sebab berketurunan dan beranak pinak merupakan sifat makhluk. Allah telah membantah ucapan kaum Nasrani: “Al Masih itu anak Allah” dan ucapan kaum Yahudi: “Uzair itu anak Allah. Serta ucapan yang menyatakan: “Malaikat putri Allah” dan Dia mengecam keras ucapan bathil ini.
Allah mengabarkan bahwa Dia menciptakan Al masih Isa as dari seorang ibu tanpa ayah dengan kuasa-Nya sebagaimana Dia menciptakan Adam bapak manusia dari tanah. Sebagaimana pula Dia menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam lalu tiba-tiba Adam melihat Hawa telah berada di sampingnya. Kemudian menciptakan anak keturunan Adam dari air mani laki-laki dan perempuan. Allah menciptakan segala sesuatu dari mulanya tidak ada. Dan  setelah itu Dia menciptakannya sesuai dengan sunnah dan aturan yang telah Dia tetapkan bagi semua makhluk-Nya, dan tak seorangpun mampu merubahnya. Jika  Allah menghendaki merubah aturan ini maka Dia ubah sesuai kehendak-Nya sebagaimana Dia mewujudkan Isa ‘alaihissalam dari seorang ibu tanpa bapak. Sebagaimana Dia menjadikan Isa mampu berbicara di buaian sebagaimana pula Dia merubah tongkat Musa ‘alaihis salam  menjadi seekor ular yang bergerak-gerak. Tatkala Musa memukulkan tongkat tersebut ke laut maka lautpun terbelah dan menjadi sebuah jalan yang bisa dilewati Musa beserta kaumnya. Sebagaimana Allah mampu membelah bulan sebagai mukjizat penutup para Rasul, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadikan pohon bisa mengucapkan salam kepada beliau ketika melewatinya. Dia menjadikan hewan bersaksi atas kerasulan beliau di hadapan beliau dengan suara yang bisa didengar manusia. Hewan itu berkata: Aku bersaksi engkau utusan Allah. Beliau pernah diperjalankan di atas Buraq dari masjid Haram ke masjid Al Aqsa. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ditemani malaikat Jibril hingga sampai ke langit. Lalu Allah ta’ala berbicara kepada beliau dan mewajibkan shalat atas beliau. Kemudian kembali ke masjid Al Haram di bumi. Beliau melihat di perjalanan para penghuni langit. Semua itu terjadi hanya dalam tempo semalam sebelum terbit fajar. Kisah Isra’ Mi’raj ini masyhur baik di Al Qur’an, hadits maupun buku-buku sejarah.
Diantara sifat Allah ta’ala: Mendengar, melihat, ilmu, qudrah (kuasa), iradah (kehendak). Dia mendengar dan melihat segala sesuatu. Tidak ada hijab apapun yang menghalang-halangi pendengaran dan penglihatan-Nya.
Allah mengetahui apa yang ada di dalam rahim dan apa yang tersembunyi dalam dada, apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Dialah yang Maha Kuasa lagi Maha berkehendak yang jika menghendaki sesuatu tinggal berkata: “Kun” (Jadilah) maka terjadi.
Diantara sifat Allah Ta’ala yang Dia sifatkan untuk diri-Nya: Berbicara sesuai apa yang dikehendaki-Nya dan kapan saja Dia berkehendak. Allah telah berbicara kepada Musa ‘alaihis salam berbicara kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al Qur’an merupakan kalam Allah baik huruf maupun maknanya yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi ia merupakan satu sifat diantara sifat-sifat-Nya. Bukan makhluk sebagaimana yang dikatakan kelompok Mu’tazilah yang sesat.
Diantara sifat Allah Ta’ala yang Dia sifatkan bagi diri-Nya dan disifatkan pula oleh Rasul-Nya: wajah, dua tangan, istiwa’ (bersemayam), turun[2], ridha dan marah. Allah ridha terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin dan murka terhadap orang-orang kafir serta orang-orang yang mengerjakan hal-hal yang mengakibatkan murka-Nya. Ridha dan murka-Nya sebagaimana sifat-sifat yang lain, tidak serupa dengan sifat makhluk, tidak boleh dita’wilkan dan dijelaskan kaifiyyatnya.
Dinyatakan dalam Al Qur’an dan As Sunnah bahwa orang-orang mukmin kelak melihat Allah ta’ala dengan mata kepala di padang mahsyar dan di surga. Sifat-sifat Allah ta’ala disebutkan secara rinci dalam Al Qur’an dan hadits-hadits Rasul SAW maka hendaknya anda merujuk kepadanya.



[1]] Ta’ala kata pengagungan dan pujian untuk Allah, Dia disifati dengan ketinggian dan kesucian dari segala kekurangan, dan kata: subhaanahu artinya: Maha Suci Allah dan terbebas dari segala kekurangan.
1] Tahapan dalam penciptaan, karena hikmah yang dikehendaki oleh Allah, padahal Dia mampu menciptakan seluruh makhluk lebih cepat dari kejapan mata, sebab Dia telah memberitakan jika berkehendak untuk menciptakan sesuatu cukup dengan mengatakan “Jadilah” maka jadilah.
2]Istiwa’ dalam bahasa arab -yang merupakan bahasa Al-Qur’an- maknanya : Diatas dan tinggi, sedangkan istiwa’ (bersemayamnya) Allah diatas Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran-Nya, dan tidak ada yang tahu akan bagaimana istiwa’Nya selain Dia. Dan bukanlah maknanya menguasai kerajaan, sebagaimana anggapan orang-orang yang sesat yang mereka mengingkari hakikat dari sifat yang Allah sifatkan bagi Diri-Nya, dan yang disifatkan oleh Rasul-Nya, karena anggapan bahwa  jika mereka menetapkan sifat Allah atas hakikatnya, mereka menyerupakan-Nya dengan makhluk-Nya, dan ini merupakan anggapan yang keliru, karena penyerupaan itu adalah jika dikatakan : “ dia itu menyerupai begini atau dari sifat-sifat makhluk-Nya. Adapun menetapkan sifat dari sisi yang layak dengan Allah dengan tidak menyerupakan, mengumpamakan, membagaimanakan, dan meniadakan makna, dan menta’wilkan itu adalah cara yang ditempuh para Rasul yang diikuti oleh ulama salaf shaleh. Itulah kebenaran yang seharusnya orang yang beriman berpegang teguh dengannya, sekalipun kebanyakan manusia meninggalkannya.

 [2] Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir.

Dahsyatnya Tujuh Tingkatan Neraka Menurut Al Quran dan Hadits

Dahsyatnya Tujuh Tingkatan Neraka Menurut Al Quran dan Hadits

Yazid Ar-Raqqsyi meriwayatkan dari Anas bin Malik “Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah pada waktu yang tidak biasa dengan raut muka yang berbeda dari biasanya. Rasulullah bertanya: Wahai Jibril, kenapa Aku melihat raut mukamu berbeda?

Jibril menjawab, "Wahai Muhammad, aku datang kepadamu pada saat Allah memerintahkan supaya api neraka dinyalakan. Tidak pantas jika orang yang mengetahui bahwa -- neraka, siksa kubur dan siksa Allah itu sangat dasyat-- untuk bersenang sebelum dirinya merasa aman dari ancaman itu."

Rasulullah menjawab: "Wahai Jibril, lukiskanlah keadaan neraka itu kepadaku."

Jibril berkata:  "Baik, ...Ketika Allah swt menciptakan neraka, apinya dinyalakan seribu tahun hingga berwarna hitam pekat, nyala dan baranya tidak pernah padam."

"Demi Dzat yang mengutus engkau kebenaran sebagai Nabi, seandainya neraka itu berlubang sebesar lubang jarum, niscaya segenap penghuni dunia akan terbakar karena panasnya."

"Demi Dzat yg mengutus Engkau dengan kebenaran sebagai Nabi, seandainya ada baju penghuni neraka itu digantung diantara langit dan bumi, niscaya semua penghuni dunia akan mati karena bau busuk dan panasnya."

"Demi Dzat yg mengutus Engkau kebenaran sebagai Nabi, seandainya sehasta dari mata rantai sebagaimana yang disebutkan didalam al qur’an diletakkan di puncak gunung, niscaya bumi sampai kedalamnya akan meleleh."

"Demi Dzat yang mengutus Engkau kebenaran sebagai Nabi, seandainya ada seorang berada di ujung barat dunia ini disiksa, niscaya orang yang berada di ujung timur akan terbakar karena panasnya."

Neraka itu mempunyai 7 pintu dan masing-masing pintu dibagi-bagi untuk laki-laki dan perempuan.

Rasulullah bertanya; “Apakah pintu-pintu itu seperti pintu kami?”

Jibril menjawab; “Tidak.Pintu itu selalu terbuka dan pintu yang satu berada dibawah pintu yang lain. Jarak pintu yang satu dengan pintu yang lain sejauh perjalan 70 tahun. Pintu yang dibawahnya lebih panas 70 x lipat dari pintu yang diatasnya."

"Musuh-musuh Allah diseret kesana dan jika mereka sampai di pintu itu, malaikat Zabaniyah menyambut mereka dengan membawa rantai dan belenggu. Rantai itu dimasukkan ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya, sedangkan tangan kirinya dibelenggu dengan lehernya, dan tangan kanannya dimasukkan ke dalam dada hingga tembus ke bahu.

Setiap orang yang durhaka itu dirantai bersama setan dalam belenggu yang sama, lantas diseret wajahnya tersungkur dan dipukul oleh malaikat dengan palu. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalam neraka."

Rasulullah bertanya, "Siapakah penghuni masing-masing pintu itu?"

Jibril menjawab,  "Pintu yang paling bawah namanya Hawiyah.  Pintu neraka Hawiyyah ini adalah pintu neraka yang paling bawah (dasar), yang merupakan neraka yang paling mengerikan. Pintu neraka ini ditempati oleh orang-orang munafik, orang kafir termasuk juga keluarga Fir'aun, dalam neraka Hawiyyah.

Hal ini sebagaimana arti dari firman Allah ;"Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyyah" (QS.Al-Qari'ah :9).

Pintu kedua namanya Jahim.  Yakni pintu neraka tingkatan ke 6. Tingkatan neraka ini di atasnya neraka Hawiyyah. Di dalamnya ditempati oleh orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah.  Hal ini sebagaimana arti firman Allah ini :"Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat" (QS.Asy-Syu'araa :91).

Pintu ketiga namanya Saqar, tempat arang-orang shabi'in. Merupakan pintu neraka pada tingkatan ke 5. Di dalam pintu itu ditempati oleh orang-orang yang menyembah berhala atau menyembah patung-patung yang dibuat bangsanya sendiri.

Tingkatan pintu neraka ini, terletak di atasnya pintu neraka Jahim. Tentang neraka ini, Allah telah berfirman yang artinya :"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)" (QS. Al-Mudatstsir : 42)

Pintu keempat namanya Ladza,  berisi iblis dan orang-orang yang mengikutinya, serta orang Majusi. Ladza merupakan pintu neraka pada tingkatan nomor 4.  Di dalamnya ditempati Iblis laknatullah beserta orang-orang yang mengikutinya dan orang-orang yang terbujuk rayuannya. Kemudian orang-orang Majusi pun ikut serta menempati neraka Ladza ini. Mereka kekal bersama Iblis di dalamnya. Tingkatan pintu neraka Ladza ini diatasnya pintu neraka Saqar.

Dalam hal ini Allah telah berfirman : Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak". (QS. Al-Ma'arij : 15). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Iblis dan para pengikutnya akan dimasukkan ke dalam neraka Ladza. Seperti apa yang dikatakan oleh Malaikat Maut (malaikat Izrail) ketika Iblis hendak dicabut nyawanya, maka malaikat maut itu berkata, bahwa Iblis akan diberi minum dari neraka Ladza.

Pintu kelima namanya Huthamah, tempat orang-orang Yahudi. Merupakan pintu neraka pada neraka tingkatan ke 3. Di dalamnya ditempati oleh orang-orang Yahudi dan para pengikutnya. Pintu neraka Huthamah ini, tingkatannya di atas pintu neraka Ladza yang dihuni para Iblis.  Tentang neraka Huthamah ini, Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an : "Dan tahukah kamu, apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan". (QS. Al-Humazah : 5-6).

Pintu keenam namanya Sa'ir, merupakan pintu neraka pada neraka tingkatan ke 2.  Di dalamnya ditempati oleh orang-orang Nashrani dan para pengikutnya. Pintu neraka ini berada di atas tingkatan pintu neraka Huthamah. Mengenai neraka ini, Allah Ta'ala telah berfirman :"Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)".(QS. Al-Insyigaq : 12).

Selanjutnya Jibril terdiam karena merasa segan kepada Rasulullah Saw. kemudian Rasulullah bertanya, "Kenapa engkau tidak memberitahukan penghuni pintu yang ketujuh?"

Jibril menjawab : "Pintu ke tujuh namanya pintu neraka Jahanam. Merupakan pintu neraka yang paling atas (pertama).  Di dalamnya berisi umatmu yang melakukan dosa-dosa besar dan tidak tobat sampai mereka meninggal dunia."

Rasulullah pingsan mendengar penjelasan Jibril tersebut. Jibril meletakan kepala Rasulullah di pangkuannya sampai Beliau sadar kembali.

Salman Al-Farisi datang dan berdiri di depan pintu seraya berkata, ”Assalaamu'alaikum, yaa ahla baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu dengan junjunganku Rasulullah Saw.?" Namun tidak ada yang menjawab, sehingga meraka pun menangis dan terjatuh.

Rasulullah bersabda: "Betapa besar cobaan yang menimpaku dan aku merasa sangat sedih.  Jadi, ada di antara umatku yang akan masuk neraka?"

Jibril menjawab, "benar, yaitu umatmu yang mengerjakan dosa-dosa besar.

Kemudian Rasulullah saw. menangis, dan Jibril pun juga ikut menangis. Rasulullah Saw. lantas masuk ke rumahnya dan menyendiri. Beliau hanya keluar rumah jika hendak mengerjakan shalat dan tidak berbicara dengan siapa pun. Dalam shalat beliau menangis dan sangat merendahkan diri kepada Allah Ta’ala.

Pada hari yang ketiga, Abu Bakar r.a. datang ke rumah beliau dan mengucapkan, ”Assalaamu’alaikum, yaa ahla baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu dengan Rasulullah SAW. ?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya, sehingga Abu Bakar menangis tersedu-sedu.

Umar r.a. datang dan berdiri di depan pintu seraya berkata, ”Assalaamu' alaikum, yaa ahlal baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu dengan Rasulullah Saw.?" Namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya, sehingga Umar lantas menangis tersedu-sedu.

Kemudian Salman bangkit dan mendatangi rumah Fathimah. Sambil berdiri di depan pintu ia berkata, " Assalaamu' alaikum, wahai putri Rasulullah Saw” sementara Ali r .a. sedang tidak ada di rumah.

Salman lantas berkata, "Wahai putri Rasulullah Saw ., dalam beberapa hari ini Rasulullah Saw. suka menyendiri. Beliau tidak keluar rumah kecuali untuk shalat dan tidak pemah berkata-kata serta tidak mengizinkan seseorang untuk masuk ke rumah beliau."

Fathimah lantas pergi ke rumah beliau (Rasulullah). Di depan pintu rumah Rasulullah Saw. Fathimah mengucapkan salam dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya adalah Fathimah."

Waktu itu Rasulullah Saw. sedang sujud sambil menangis, lantas mengangkat kepala dan bertanya, ”Ada apa wahai Fathimah, Aku sedang menyendiri. Bukakan pintu untuknya." Maka dibukakanlah pintu untuk Fathimah.

Fathimah menangis sejadi-jadinya, karena melihat keadaan Rasulullah yang pucat pasi, tubuhnya tampak sangat lemah, mukanya sembab karena banyak menangis.

Fathimah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang sedang menimpa dirimu wahai ayahku?"  Beliau bersabda, "Wahai Fathimah, Jibril datang kepadaku dan melukiskan keadaan neraka. Dia memberitahu kepadaku bahwa pada pintu yang teratas diperuntukkan bagi umatku yang mengerjakan dosa besar. Itulah yang menyebabkan aku menangis dan sangat sedih."

Fatimah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana mereka masuk ke neraka itu?" Beliau bersabda, "Mereka digiring ke neraka oleh malaikat. Wajah mereka tidak hitam, mata mereka tidak biru, mulut mereka tidak disumbat, dan mereka tidak dibelenggu ataupun dirantai."

Fatimah bertanya," Wahai Rasulullah, bagaimana sewaktu mereka digiring ke eraka oleh malaikat?"  Beliau bersabda, "Laki-laki ditarik jenggotnya, sedangkan perempuan dengan ditarik rambut ubun-ubunnya. Banyak di antara umatku yang masih muda, ketika ditarik jenggotnya untuk digiring ke neraka berkata, ”Betapa sayang kemudaan dan ketampananku.

”Banyak di antara umatku yang perempuan ketika ditarik ke neraka berkata, ”Sungguh aku sangat malu.” Ketika malaikat yang menarik umatku itu sampai ke neraka dan bertemu dengan Malik, Malik bertanya kepada malaikat yang menarik umatku itu, ”Siapakah mereka itu? Aku tidak pernah melihat orang-orang yang tersiksa seperti mereka. Wajah mereka tidak hitam, mata mereka tidak biru, mulut mereka tidak disumbat, mereka tidak dibarengkan dengan golongan setan, dan mereka tidak dibelenggu atau diikat lehernya?”

Malaikat itu menjawab, "Kami diperintahkan untuk membawa mereka kepadamu dalam keadaan seperti itu.” Malik berkata kepada mereka, ”Wahai orang-orang yang celaka, siapakah sebenarnya kalian ini?” (Dalam hadis yang lain disebutkan, bahwa ketika mereka ditarik oleh malaikat, mereka selalu menyebut-nyebut nama Muhammad. Ketika mereka melihat Malik, mereka lupa untuk menyebut nama Muhammad Saw. karena seramnya Malaikat Malik).

Mereka menjawab, ”Kami adalah umat yang diturunkan Al-Quran kepada kami dan termasuk orang yang mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan.”  Malik berkata, "Al-Quran hanya diturunkan untuk umat Muhammad Saw .”

Ketika mendengar nama Muhammad, mereka berteriak seraya berkata, 'Kami termasuk umat Muhammad Saw” .  Malik berkata kepada mereka, ”Bukankah di dalam Al-Quran ada larangan untuk mengerjakan maksiat-maksiat kepada Allah Ta'ala?”

Ketika mereka berada di tepi neraka dan diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, mereka berkata ”Wahal Malik, izinkanlah kami untuk menangisi nasib kami.”
Malik mengizinkannya, dan mereka lantas menangis dengan mengeluarkan darah.

Malik lantas berkata, ”Alangkah baiknya, seandainya tangis ini kamu lakukan sewaktu berada di dunia. Seandainya sewaktu di dunia kamu menangis seperti ini karena takut kepada siksaan Allah, niscaya sekarang ini kamu tidak akan masuk neraka.”

Malik lalu berkata kepada Zabaniyah, ”Lemparkan, lemparkan mereka ke dalam neraka.” Ketika mereka dilempar ke dalam neraka, mereka berseru secara serempak mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallah...., sehingga api neraka langsung menjadi padam.

Kemudian Malik berkata, ”Wahai api, sambarlah mereka!” Api itu menjawab, ”Bagaimana aku menyambar mereka sementara mereka mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallaah. Malik berkata lagi kepada api neraka, ”Sambarlah mereka”.

Api itu menjawab, ”Bagaimana aku menyambar mereka, sementara mereka mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallah.” Malik berkata, ”Benar, namun begitulah perintah Allah Arasy”.  Kemudian api itu pun menyambar mereka. Di antara mereka ada yang disambar sampai dua telapak kakinya, ada yang disambar sampai dua lututnya, dan ada yang disambar sampai lehemya.

Ketika api itu akan menyambar muka, Malik berkata,  ”Jangan membakar muka mereka, karena dalam waktu yang cukup lama mereka bersujud Kepada Dzat Yang Maha Kuasa.

Dalam Al-Qur'an, Allah telah mensifati neraka Jahannam sebagai berikut :"Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi gunung".(QS. Al-Mursilat : 32) "Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya.
(QS. Al-Hijr : 43)

Dari Hadits Qudsi: Bagaimana kamu masih bisa melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari-Ku. Tahukah kamu bahwa neraka jahanam-Ku itu mempunyai 7 tingkat. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung  Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah  Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak  Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum  Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandung lautan racun yang hitam pekat.  Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat.