Ketahuilah -wahai
manusia yang berakal- sesungguhnya Rabb yang menciptakan anda dari mulanya
tidak ada dan telah memelihara anda dengan nikmat-Nya adalah (Allah) Rabb
semesta alam. Dan orang-orang yang berakal mereka beriman kepada Allah Yang
Maha tinggi[[1]], mereka tidak
melihat-Nya dengan mata kepala mereka, namun mereka telah melihat bukti-bukti
yang menunjukkan akan keberadaan-Nya, dan bahwa Dia adalah Pencipta yang
Mengurus semua yang ada, mereka mengenal-Nya dengan bukti-bukti itu. Diantara
bukti-bukti itu adalah :
Bukti pertama :
Keberadaan
manusia dan kehidupan: adalah sesuatu yang baru yang memiliki permulaan dan
akhir, membutuhkan pada yang lain. Sedangkan sesuatu yang baru dan butuh kepada
yang lain adalah makhluk, dan makhluk tentu ada yang menciptakannya, dan
Pencipta (Khalik) yang Maha Agung ini adalah ( Allah ).
Dan
Allah sendiri telah mengabarkan akan Dzat-Nya yang Suci, bahwasanya
Dialah Pencipta (Khalik), Yang Mengurus semua yang ada, dan kabar ini datangnya
dari Allah Ta’ala dalam kitab-kitab-Nya, yang telah diturunkan kepada para
Rasul-Nya.
Dan
Rasulullah telah menyampaikan Firman-Nya kepada manusia, mengajak mereka untuk
beriman dan beribadah hanya kepada-Nya.
Allah
Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yang Agung:
"Sesungguhnya
Rabb kalian semua adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
masa enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy.Dia menutupkan malam pada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakannya pula( matahari,
bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk pada perintah-Nya, Ingatlah
menciptakan dan memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rabb semesta
alam ." (QS. Al A`raaf:;54)
Makna global ayat
yang mulia ini: “Allah mengabarkan kepada seluruh manusia bahwa Dia adalah Rabb
yang telah menciptakan mereka dan menciptakan langit dan bumi dalam enam hari[1]
dan mengabarkan bahwa Dia Bersemayam diatas Arsy-Nya.[2]
Arsy
berada diatas langit, dan Arsy itu merupakan makhluk yang tertinggi dan
terluas, Dan Allah berada diatas Arsy ini, Allah bersama seluruh makhluk dengan
Ilmu, Pendengaran dan Penglihatan-Nya.
Tidak
ada sesuatu urusan makhlukpun yang tersembunyi dari-Nya, dan Allah yang Maha
Perkasa mengabarkan bahwa Dia menjadikan malam menutup siang dengan
kegelapannya, kemudian siang mengikutinya dengan cepat, Diapun mengabarkan
bahwa Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang, semuanya tunduk dan
berjalan diatas peredarannya dengan perintah Allah, dan Allah mengabarkan juga
bahwa hanya bagi-Nya urusan penciptaan dan pengaturan alam semesta ini,
Dia yang Maha Sempurna; Dzat dan sifat-sifat-Nya, yang memberikan
kebaikan yang banyak dan terus-menerus, dan Dialah Rabb alam semesta yang
menciptakan dan memelihara mereka dengan nikmat-Nya.
Allah
Ta’ala Berfirman :
“ Dan sebagaian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya
adalah malam, siang, matahari dan bulan . Janganlah bersujud kepada
matahari dan janganlah (pula) kepada bulan,tapi bersujudlah pada Allah, yang
menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya berserah diri ." (QS, Fushshilat:37)
Makna global ayat yang mulia:
Allah
Ta’ala mengabarkan bahwa diantara tanda yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya
adalah : malam dan siang, matahari dan bulan dan Allah melarang untuk sujud
kepada matahari, dan bulan karena keduanya adalah makhluk sebagaimana makhluk
yang lainnya, makhluk itu tidak layak untuk diibadahi, sedangkan sujud termasuk
jenis ibadah. Dan pada ayat ini Allah memerintahkan manusia, sebagaimana
memerintahkan yang lain, supaya mereka hanya bersujud kepada-Nya saja,
karena Dialah Pencipta, Pengatur yang berhak diibadahi.
Bukti kedua:
Bahwa
dia telah menciptakan laki-laki dan perempuan: keberadaan perempuan dan lelaki
adalah sebagai bukti akan adanya Allah.
Bukti ketiga:
Perbedaan
bahasa dan warna kulit: tidak pernah didapati dua orang yang suaranya satu atau
warna kulitnya sama, tapi pasti ada perbedaan antara keduanya.
Bukti keempat:
Perbedaan
nasib: Yang ini kaya, yang ini miskin, yang ini pemimpin dan yang itu yang
dipimpin (rakyat) padahal mereka semuanya sama-sama memiliki akal, pikiran dan
ilmu. Manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa dicapai, seperti; kaya,
kemuliaan, istri yang cantik, namun tidak ada seorangpun yang mampu mencapai
sesuatu kecuali yang telah di takdirkan Allah untuknya, hal itu karena hikmah
yang besar yang telah dikehendaki Allah Subahanahu wa taala. Dan diantara
hikmah perbedaan nasib; adalah menguji sebagian manusia dengan sebagian yang
lain dan agar sebagian manusia menjadi pelayan bagi sebagian yang lain sehingga
tercipta keseimbangan hidup bagi semua manusia.
Dan
bagi yang tidak ditakdirkan oleh Allah bernasib baik didunia, Allah mengabarkan
bahwa Dia akan memberikan kepada mereka keberuntungan yang lebih baik, yaitu;
kenikmatan di surga jika ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah, sungguhpun
demikian Allah telah memberi orang fakir suatu keistemewaan yang bisa dinikmati
jiwa dan kesehatan, yang kebanyakan tidak didapatkan oleh orang-orang yang
kaya dan ini merupakan kebijaksanaan dan keadilan Allah .
Bukti kelima:
Tidur
dan mimpi benar yang Allah tampakkan didalamnya kepada orang yang tidur suatu
perkara ghaib sebagai berita gembira atau peringatan.
Bukti keenam:
Keberadaan
ruh dimana tidak ada yang mengenal hakikatnya selain Allah saja.
Bukti ketujuh:
Manusia,
berikut anggota tubuhnya berupa panca indra, urat saraf, otak, alat pencernaan
dan selainnya.
Bukti kedelapan:
Allah
menurunkan hujan pada tanah yang tandus lalu muncul tumbuh-tumbuhan serta
pepohonan beraneka ragam bentuk, corak, manfaat dan rasanya. Ini merupakan
sedikit diantara ratusan bukti yang Allah Ta’ala sebutkan dalam Al Qur’an
dan yang Dia kabarkan bahwa semua itu merupakan bukti kuat akan eksistensi
Allah dan bahwa Dialah Pencipta sekaligus Pengatur seluruh makhluk yang ada.
Bukti kesembilan:
Fitrah
yang Allah ciptakan pada manusia mengakui akan eksistensi Allah sebagai
Pencipta dan Pengaturnya. Siapa yang mengingkari hal itu berarti dia hanya
mencelakakan dirinya sendiri. Orang atheis misalnya, hidup di dunia ini dalam
keadaan celaka sedang tempat kembalinya kelak setelah kematian adalah neraka
sebagai balasan mendustakan Rabbnya yang telah menciptakan dirinya dari awalnya
tidak ada dan memeliharanya dengan berbagai nikmat. Kecuali kalau dia mau
bertaubat dan beriman kepada Allah, agama serta Rasul-Nya.
Bukti kesepuluh:
Keberkahan,
yaitu: pertambahan yang cepat pada sebagian makhluk, seperti; kambing.
Sebaliknya kegagalan reproduksi pada sebagian binatang, seperti; anjing
dan kucing.
Diantara
sifat Allah Ta’ala adalah ada-Nya tanpa permulaan, Hidup terus menerus, tidak
akan mati dan tidak akan berakhir, Maha Kaya, berdiri sendiri, tidak
membutuhkan yang lain serta Maha Esa tanpa sekutu. Allah Ta’ala berfirman:
“Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Dia-lah
Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS.Al Ikhlas:1- 4)
Makna ayat:
Tatkala
orang-orang kafir bertanya kepada Rasulullah SAW tentang sifat Allah maka Allah
menurunkan surat ini seraya memerintahkan kepada beliau untuk menyatakan kepada
mereka: Allah itu Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah itu Dia-lah Yang Maha
Hidup Abadi lagi Maha Mengatur. Bagi-Nya semata kekuasaan mutlak atas alam
semesta, manusia dan segala sesuatu. Hanya kepada-Nya saja seluruh manusia
wajib kembali dalam rangka memenuhi segala kebutuhan mereka.
Dia
tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak benar Dia mempunyai putra atau
putri, ayah atau ibu. Bahkan Dia sangat menafikan itu semua dari diri-Nya dalam
surat ini demikian pula pada surat yang lain. Sebab berketurunan dan beranak
pinak merupakan sifat makhluk. Allah telah membantah ucapan kaum Nasrani: “Al
Masih itu anak Allah” dan ucapan kaum Yahudi: “Uzair itu anak Allah. Serta
ucapan yang menyatakan: “Malaikat putri Allah” dan Dia mengecam keras ucapan
bathil ini.
Allah
mengabarkan bahwa Dia menciptakan Al masih Isa as dari seorang ibu tanpa ayah
dengan kuasa-Nya sebagaimana Dia menciptakan Adam bapak manusia dari tanah.
Sebagaimana pula Dia menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam lalu tiba-tiba
Adam melihat Hawa telah berada di sampingnya. Kemudian menciptakan anak keturunan
Adam dari air mani laki-laki dan perempuan. Allah menciptakan segala sesuatu
dari mulanya tidak ada. Dan setelah itu Dia menciptakannya sesuai dengan
sunnah dan aturan yang telah Dia tetapkan bagi semua makhluk-Nya, dan tak
seorangpun mampu merubahnya. Jika Allah menghendaki merubah aturan ini
maka Dia ubah sesuai kehendak-Nya sebagaimana Dia mewujudkan Isa ‘alaihissalam dari
seorang ibu tanpa bapak. Sebagaimana Dia menjadikan Isa mampu berbicara di
buaian sebagaimana pula Dia merubah tongkat Musa ‘alaihis salam menjadi
seekor ular yang bergerak-gerak. Tatkala Musa memukulkan tongkat tersebut ke
laut maka lautpun terbelah dan menjadi sebuah jalan yang bisa dilewati Musa
beserta kaumnya. Sebagaimana Allah mampu membelah bulan sebagai mukjizat penutup
para Rasul, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadikan pohon bisa
mengucapkan salam kepada beliau ketika melewatinya. Dia menjadikan hewan
bersaksi atas kerasulan beliau di hadapan beliau dengan suara yang bisa
didengar manusia. Hewan itu berkata: Aku bersaksi engkau utusan Allah. Beliau
pernah diperjalankan di atas Buraq dari masjid Haram ke masjid Al Aqsa.
Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ditemani malaikat Jibril hingga sampai ke
langit. Lalu Allah ta’ala berbicara kepada beliau dan mewajibkan shalat atas
beliau. Kemudian kembali ke masjid Al Haram di bumi. Beliau melihat di
perjalanan para penghuni langit. Semua itu terjadi hanya dalam tempo semalam
sebelum terbit fajar. Kisah Isra’ Mi’raj ini masyhur baik di Al Qur’an, hadits
maupun buku-buku sejarah.
Diantara
sifat Allah ta’ala: Mendengar, melihat, ilmu, qudrah (kuasa), iradah
(kehendak). Dia mendengar dan melihat segala sesuatu. Tidak ada hijab apapun
yang menghalang-halangi pendengaran dan penglihatan-Nya.
Allah
mengetahui apa yang ada di dalam rahim dan apa yang tersembunyi dalam dada, apa
yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Dialah yang Maha Kuasa lagi Maha
berkehendak yang jika menghendaki sesuatu tinggal berkata: “Kun” (Jadilah) maka
terjadi.
Diantara
sifat Allah Ta’ala yang Dia sifatkan untuk diri-Nya: Berbicara sesuai apa yang
dikehendaki-Nya dan kapan saja Dia berkehendak. Allah telah berbicara kepada
Musa ‘alaihis salam berbicara kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al
Qur’an merupakan kalam Allah baik huruf maupun maknanya yang Dia turunkan
kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi ia merupakan satu
sifat diantara sifat-sifat-Nya. Bukan makhluk sebagaimana yang dikatakan
kelompok Mu’tazilah yang sesat.
Diantara
sifat Allah Ta’ala yang Dia sifatkan bagi diri-Nya dan disifatkan pula oleh
Rasul-Nya: wajah, dua tangan, istiwa’ (bersemayam), turun[2],
ridha dan marah. Allah ridha terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin dan murka
terhadap orang-orang kafir serta orang-orang yang mengerjakan hal-hal yang
mengakibatkan murka-Nya. Ridha dan murka-Nya sebagaimana sifat-sifat yang lain,
tidak serupa dengan sifat makhluk, tidak boleh dita’wilkan dan dijelaskan
kaifiyyatnya.
Dinyatakan
dalam Al Qur’an dan As Sunnah bahwa orang-orang mukmin kelak melihat Allah
ta’ala dengan mata kepala di padang mahsyar dan di surga. Sifat-sifat Allah
ta’ala disebutkan secara rinci dalam Al Qur’an dan hadits-hadits Rasul SAW maka
hendaknya anda merujuk kepadanya.
[1]]
Ta’ala kata pengagungan dan pujian untuk Allah, Dia disifati dengan ketinggian
dan kesucian dari segala kekurangan, dan kata: subhaanahu artinya: Maha Suci
Allah dan terbebas dari segala kekurangan.
1]
Tahapan dalam penciptaan, karena hikmah yang dikehendaki oleh Allah, padahal
Dia mampu menciptakan seluruh makhluk lebih cepat dari kejapan mata, sebab Dia
telah memberitakan jika berkehendak untuk menciptakan sesuatu cukup dengan
mengatakan “Jadilah” maka jadilah.
2]Istiwa’ dalam bahasa arab -yang merupakan bahasa
Al-Qur’an- maknanya : Diatas dan tinggi, sedangkan istiwa’ (bersemayamnya)
Allah diatas Arsy-Nya
sesuai dengan kebesaran-Nya, dan tidak ada yang tahu akan bagaimana istiwa’Nya
selain Dia. Dan bukanlah maknanya menguasai kerajaan, sebagaimana anggapan
orang-orang yang sesat yang mereka mengingkari hakikat dari sifat yang Allah
sifatkan bagi Diri-Nya, dan yang disifatkan oleh Rasul-Nya, karena anggapan
bahwa jika mereka menetapkan sifat Allah atas hakikatnya, mereka
menyerupakan-Nya dengan makhluk-Nya, dan ini merupakan anggapan yang keliru,
karena penyerupaan itu adalah jika dikatakan : “ dia itu menyerupai begini atau
dari sifat-sifat makhluk-Nya. Adapun menetapkan sifat dari sisi yang layak
dengan Allah dengan tidak menyerupakan, mengumpamakan, membagaimanakan, dan
meniadakan makna, dan menta’wilkan itu adalah cara yang ditempuh para Rasul
yang diikuti oleh ulama salaf shaleh. Itulah kebenaran yang seharusnya orang
yang beriman berpegang teguh dengannya, sekalipun kebanyakan manusia
meninggalkannya.
[2] Diriwayatkan
dalam sebuah hadis bahwa Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam
terakhir.
0 komentar:
Posting Komentar