Belajar Ikhlas dan Sabar
Sering banget kita denger dua kata
ini, Sabar dan Ikhlas. Bahkan kita kadang kesel banget ya kalau kita lagi ada
masalah, terus teman kita berusaha membesarkan hati kita dengan “ Udahlah,
Ikhlasin aja. Sabar aja”. Enak banget ya ngomongnya, kan kita yang ngejalanin,
perasaan jadi ‘ngeselin’ banget ya. Nah sebenernya apa sih Sabar dan Ikhlas
itu.
Samain persepsi dulu ya. Sabar :
menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencari
keridhaan Allah. Kalo kita meReferensikan ke Al Qur’an: (Ar-Ra’d: 22)
Dalam Islam, sabar artinya sanggup menahan diri. Kesusahan yang diterima tidak menyebabkan perubahan perilaku. Ikhlas itu lebih berat dari sabar. Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Dalam Islam, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa mengharapkan apapun dari yang lain.
Berarti orang ikhlas itu dipuji atau dicaci harusnya hatinya sama saja. Dipuji-puji tidak merasa besar, dicaci macam apapun tidak merasa rendah.
Dalam Islam, sabar artinya sanggup menahan diri. Kesusahan yang diterima tidak menyebabkan perubahan perilaku. Ikhlas itu lebih berat dari sabar. Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Dalam Islam, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa mengharapkan apapun dari yang lain.
Berarti orang ikhlas itu dipuji atau dicaci harusnya hatinya sama saja. Dipuji-puji tidak merasa besar, dicaci macam apapun tidak merasa rendah.
Pada umumnya kita semua bisa lebih
sabar, disaat kita di uji Allah dengan hal yang menyenangkan, tapi saat kita di
uji Allah dengan ujian yang tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian
kehilangan dan atau musibah maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit
menerimanya dan sulit untuk bisa sabar.
Ujian kesulitan, ujian kehilangan,
kekurangan musibah, penyakit, kemiskinan, adalah perkara biasa yang
dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini. Perhatikan firman Allah
SWT berikut ini
“ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak
diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 2)
Tapi susah banget ya dilaluinya.
Ketahuilah Sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari,
bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian.
Harta yang kita miliki, karir yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita
miliki, anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah.
Apakah kita bersyukur atau menjadi kufur?
Kita harus memahami dengan
sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik yang sebenar-benarnya atas segala
sesuatu apapun yang kita miliki di dunia ini. Dengan menyadari bahwa semua yang
kita miliki sebenarnya adalah milik Allah dan titipan Allah, maka begitu Allah
mengambilnya dari kita, insya Allah kita akan lebih mudah merelakannya. Karena
kita menyadari, bahwa semua itu adalah milik Allah dan titipan Allah. Dan
yang namanya titipan, suatu saat nanti memang pasti akan kembali pada
pemiliknya, kapanpun pemiliknya menghendaki apa yang dititipkan kembali atau
mau mengambilnya dari kita, maka kita harus dengan rela memberikannya.
Jadi, jangan menjadi stres, terpukul
dan merasa kehilangan yang sangat berat, apabila kemarin kita masih punya
mobil, sekarang sudah tidak lagi, jangan stres dan bersedih hati apalagi sampai
meratapi nasib, apabila bulan kemarin usaha kita masih sukses, sedangkan
sekarang kita mengalami kegalalan yang besar.
Karena sesungguhnya dengan adanya
musibah, maka seorang hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT.
Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:
“Tak seorang muslim pun yang ditimpa
gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan
dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan
dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah dan yakinlah, bahwa
sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah SWT berikan untuk kita, maka
ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya. Seperti sabda
Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya pahala yang besar itu,
bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum
maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka
Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang
akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah
[146]).
Rasulullah SAW bersabda :
“Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik
mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT
dalam keadan telah bersih dari dosa (HR. Tirmidzi).
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah
seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada
kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus rela menerima segala
ketentuan Allah dan menyadari bahwa apapun yang terjadi, sudah
ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Kita wajib menerima segala ketentuan
Allah dengan penuh keikhlasan. Allah SWT berfirman :
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa
di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (QS al-Hadid [57] : 22)
Apabila kita ditimpa musibah baik
besar maupun kecil, sebaiknya kita mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami
kembal). ini dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah
SWT). Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika ditambah, setelahnya
dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut :
“Ya Allah, berilah ganjaran atas
musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu yang lebih baik bagiku.”
Barangsiapa yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan doa di atas
niscaya Allah SWTakan menggantikan musibah yang menimpanya dengan sesuatu yang
lebih baik. (Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu Salamah.)
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada
anak salah seorang hamba itu meninggal maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya,
‘Apakah kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab, ‘Ya.’
‘Apakah kalian telah mencabut nyawa buah hati hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab
‘Ya.’ Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?’. Mereka
menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan beristirja’ -membaca innaa lillaahi dst-..’ Maka
Allah berfirman, ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku itu sebuah rumah di surga, dan
beri nama rumah itu dengan Bait al-Hamd.’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani
dalam as-Shahihah [1408]).
Perhatikan sabda Rasulullah SAW
berikut ini
“Sungguh mengagumkan urusan seorang
mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan
diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka
dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia
tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim)
Setiap amalan akan diketahui pahalanya
kecuali kesabaran, karena pahala kesabaran itu, tanpa batas. Sebagaimana firman
Allah SWT
“Sesungguhnya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan ganjaran/pahala mereka tanpa batas.” (QS Az
Zumar: 10)
Berikut ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yang bila kita renungkan dan pahami dengan sebaik-baiknya,
insya Allah bisa membuat kita semua bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi
ujian-Nya yang paling berat sekalipun :
Kita harus percaya pada jaminan Allah
bahwa :
”Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).
Allah SWT yang memiliki diri kita,
sangat tahu kemampuan kita, jadi tidak akan mungkin Allah memberikan ujian yang
melebihi batas kemampuan kita.
Sebenarnya, kita semua pasti mampu
untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan, asalkan kita kuat iman.
Coba kita tanyakan pada diri kita,
saat kita ditimpa suatu ujian kesulitan, kesedihan dan atau kehilangan, apa
manfaat yang bisa kita ambil kalau kita tidak sabar dan tidak mengikhlaskannya?
Apakah dengan ”tidak sabar” dan ”tidak ikhlas” nya kita, maka bisa menghadirkan
kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat ujian tersebut tidak jadi datang atau
tidak jadi menimpa kita? Sekarang mari kita pikirkan kembali, kita sabar atau
tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian kesulitan / kesedihan atau musibah
tetap terjadi dan menimpa kita kan? Jadi lebih baik kita terima dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya,
maka insya Allah, tidak akan terasa berat lagi ujian tersebut, percayalah. Dan
ingat, dalam sabar, terkandung ridha Allah SWT. Dan ridha Allah SWT terhadap
kita, adalah segalanya.
Kita harus selalu baik sangka kepada
Allah SWT dan jangan pernah sekalipun meragukan dan mempertanyakan keputusan,
ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah. Kita harus bisa sabar dan
ridha terhadap apapun keputusan, ketetapan dan pengaturan-Nya. Kalau kita masih
merasa tidak puas dengan semua keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan
Allah itu, maka cari saja Tuhan selain Allah. Perhatikan firman-Nya dalam
hadits Qudsi :
”Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan
Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas
nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka bertuhanlah kepada Tuhan
selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir
melalui jalur Abu Hind al-Dari)
Kita baru akan merasa kehilangan apa
yang kita miliki, jika benar benar telah kehilangannya. Oleh karenanya
pergunakan waktu kita. Untuk masalah keluarga “Kasih Sayang harus terasa dan
tercurah betul didalamnya”. Mengalah saja kita. Contoh : Kita pasti sering juga
berselisih paham dgn OrTu. Jangan dijadiin kesel berlebihan. Pikirkan, Jika
salah satu dari orTu sudah tiada, Hal seperti inilah yang akan kita rindukan.
Percayalah.
Karena itu, marilah kita sabar dan
ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa janji Allah pasti benar.
Percayalah, sabar dan ikhlas, akan membuahkan kebahagiaan hidup. Atau merasa
masih belum cukup? Ok. Kita buka lagi hati kita. Jika kita kehilangan sesuatu,
apa yang bisa kita tarik sebagai pelajaran? Nah, Silahkan membaca point point
dibawah ini. Kehilangan mengajarkan beberapa hal penting yaitu:
1. Mengajarkan bahwa dunia itu semu
Dunia itu fana. Alam materi yang saat ini kita rasakan tidaklah kekal. Harta, Jabatan, Usaha, Pasangan, Saudara, Semua. Hanya masalah waktu saja sebelum kehilangan itu terjadi. Betapa keras usaha kita untuk mempertahankannya suatu saat pasti akan juga hilang dari genggaman. Dengan menyadari dunia itu semu, sudah semestinya kita mengejar sesuatu yang kekal: Akhirat!
Dunia itu fana. Alam materi yang saat ini kita rasakan tidaklah kekal. Harta, Jabatan, Usaha, Pasangan, Saudara, Semua. Hanya masalah waktu saja sebelum kehilangan itu terjadi. Betapa keras usaha kita untuk mempertahankannya suatu saat pasti akan juga hilang dari genggaman. Dengan menyadari dunia itu semu, sudah semestinya kita mengejar sesuatu yang kekal: Akhirat!
2. Mengajarkan tentang Siapa Pemilik
Sejati
Dengan menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah titipan (amanah) dari Allah maka ketika titipan tersebut diambil oleh Allah kita akan merasa lebih lapang dada.
Dengan menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah titipan (amanah) dari Allah maka ketika titipan tersebut diambil oleh Allah kita akan merasa lebih lapang dada.
3. Mengajarkan kita untuk bersyukur
Kadang kita baru menyadari betapa berharganya sesuatu atau seseorang bagi diri kita ketika ia hilang Jika kita masih memiliki anggota tubuh yang lengkap maka bersyukurlah dengan menggunakannya untuk beramal baik pada setiap kesempatan. Cobalah untuk membayangkan jika besok kita kehilangan mata kita? kira-kira apa yang akan kita lakukan sekarang? Mungkin ketika kita menjadi buta barulah kita akan berkata “seandainya aku masih bisa melihat sekarang maka aku pasti akan membaca Al Quran setiap hari walau satu ayat.”
Kadang kita baru menyadari betapa berharganya sesuatu atau seseorang bagi diri kita ketika ia hilang Jika kita masih memiliki anggota tubuh yang lengkap maka bersyukurlah dengan menggunakannya untuk beramal baik pada setiap kesempatan. Cobalah untuk membayangkan jika besok kita kehilangan mata kita? kira-kira apa yang akan kita lakukan sekarang? Mungkin ketika kita menjadi buta barulah kita akan berkata “seandainya aku masih bisa melihat sekarang maka aku pasti akan membaca Al Quran setiap hari walau satu ayat.”
4. Peringatan
Saya pernah membaca sebuah kisah nyata. Ada seseorang yang menabung untuk naik haji. Lalu, ketika uang sudah terkumpul cobaan datang. Ia ditawari oleh seseorang untuk menanamkan modal dalam suatu bidang usaha yang keuntungannya begitu menggiurkan. Akhirnya uang yang tadinya diniatkan untuk membiayai ongkos naik haji tersebut malah dipakainya untuk investasi. Karena ia berpikir jika nanti ia mendapat keuntungan dari usaha tersebut maka uangnya bisa dipakai juga untuk ongkos naik haji. Namun, tidak lama berselang usaha tersebut habis terbakar.
Saya pernah membaca sebuah kisah nyata. Ada seseorang yang menabung untuk naik haji. Lalu, ketika uang sudah terkumpul cobaan datang. Ia ditawari oleh seseorang untuk menanamkan modal dalam suatu bidang usaha yang keuntungannya begitu menggiurkan. Akhirnya uang yang tadinya diniatkan untuk membiayai ongkos naik haji tersebut malah dipakainya untuk investasi. Karena ia berpikir jika nanti ia mendapat keuntungan dari usaha tersebut maka uangnya bisa dipakai juga untuk ongkos naik haji. Namun, tidak lama berselang usaha tersebut habis terbakar.
Jadi ternyata kehilangan juga bisa
menjadi suatu peringatan akan kekhilafan yang kita lakukan.
5. Cobaan
Kembali lagi. Kehilangan tak jarang merupakan suatu cobaan yang dapat menghapuskan dosa-dosa jika kita bersabar.
Kembali lagi. Kehilangan tak jarang merupakan suatu cobaan yang dapat menghapuskan dosa-dosa jika kita bersabar.
Adakah pelajaran lain yang kita
tangkap dari “sebuah kehilangan?” Lalu mau kah sekarang kita perbanyak dalam
hal “Bersyukur”. Yup..Perbanyak ucapan bersyukur hindari mengeluh, dan Sabarlah
serta Ikhlaskan diri kita agar berjalan beriringan dengan ketetapan Nya. Tidak
mudah memang untuk sabar dan ikhlas, butuh proses. Laa Tahzan.
Oleh karena nya kita ber do’a kepada
Allah, semoga selalu menerangi jalan kita..
0 komentar:
Posting Komentar